Dewasa ini searah perkembangan zaman dan teknologi banyak sekali terjadi penyalahgunaan untuk hal-hal yang negatif. Khususnya di masa anak, anak selalu mencari kesenangan semata tanpa memperdulikan akibat yang akan timbul dari perbuatannya itu. Sebagian orang berpendapat bahwa masa muda sebagian saat yang paling nikmat dan penuh kegembiraan.
Saat ini kemajuan teknologi begitu pesat. Informasi apa saja yang kita inginkan dapat kita cari dengan mudah dan cepat. Kita tinggal mengakses internet dan semua data yang kita cari dapat ditemukan. Internet sangat berguna bagi kehidupan kita. Tidak hanya orang dewasa yang dapat memanfaatkannya akan tetapi anak-anak juga sering menggunakannya. Kita dapat mengakses situs yang baik seperti tentang pendidian, ekonomi, bisnis dll. Akan tetapi, selain situs yang positif banyak juga situs negatif yang ada di Internet. Situs porno adalah salah situs yang dapat merusak mental anak dibawah umur. Para orang tua sangat dianjurkan untuk mengawasi anak mereka dalam menggunakan internet.
Penggunaan internet untuk pendidikan saat ini sangat membantu dalam proses belajar anak. Mereka dapat mencari referensi tentang berbagai hal yang mereka pelajari di sekolah. Tidak hanya itu, mereka bisa memperoleh informasi lebih dari materi yang ada di sekolah. Selain materi mereka juga dapat mencari contoh soal dan penyelesaian dari suatu mata pelajaran.
Tidak hanya bidang pendidikan, diinternet banyak sekali situs baik yang menguntungkan manusia. Contohnya bidang periklanan, usaha, jejaring sosial dll. Banyak orang menggunakan media internet untuk memperkenalkan produk mereka. Internet juga dapat dijadikan tempat mencari uang. Dan yang paling sering digunakan saat ini adalah untuk jejaring sosial seperti Facebook, Twiter dan YM. Para pengguna internet dapat saling berkomunikasi jarak jauh dan mencari teman-teman baru.
Walaupun banyak sekali guna internet bagi kehidupan kita, internet juga dapat memberikan dampak negatif bagi kita terutama anak-anak. Salah satunya adalah situs porno. Bahaya situs porno banyak sekali bagi anak-anak dibawah umur. Situs porno dapat memicu tindak asusila dibawah umur. Anak-anak yang seharusnya belum mengetahui hal yang layak untuk mereka akan terdorong mengikuti apa yang dilihatnya. Hal ini dapat merusak moral dan mental anak.
Internet sangat bermanfaat akan tetapi juga memiliki banyak pengaruh negatif bagi kita. Orang tua bisa meminimalkan hal tersebut dengan memberikan aplikasi pemblokir situs porno pada komputer di rumah mereka. Ini cukup membantu mencegah anak membuka situs-situs yang merusak moral mereka.
Memang tidaklah salah, tetapi dikatakan benar seluruhnya adalah tidak mungkin, masalahnya tergantung dari segi memandangnya. Jika dilihat dari kemauannya yang tanpa dikaitkan dengan masa depan, ia bebas berhura-hura, bermewah-mewah tanpa harus memeras keringat bagaimana mencari rupiah demi rupiah guna memenuhi kebutuhan sehari-harinya ia sambil merayu dan dibubuhi alasan, jika tidak ditiruti dia akan pergi dari rumah (minggat).
Tetapi jika memandang dari sudut yang berkaitan dengan masa depan anak itu sendiri sarat tanggung jawab yang akan dipikul. Maka masa anak lebih dapat disebut masa yang paling berat, penuh tantangan, ia harus bekerja lebih berat, memanfaatkan setiap waktu yang dimiliki, ia harus memperhatikan mental rohaniah aqliyah, fisik jasmaniah untuk memproses regenerasi yang pasti menghampirinya. Fisik tubuh, makanan bergizi, intelektual menghayati ilmu pengetahuan dan mental santapan rohani yang berisi norma tata nilai yang abadi dan luhur, fisik dilatih dengan penghayatan dan pengalaman religi hingga latihan terakhir ini bisa mengilhami seluruh sikap dan tingkah lakunya.
Kita mengetahui bahwa anak lahir dalam keadaan fitroh dengan potensi yang yang berwujud kemungkinan-kemungkinan ia pandai, baik budinya, teguh mentalitasnya dan sebaliknya banyak dipengaruhi lingkungannya dimana dia hidup. Tri Pusat Pendidikan yaitu sekolah, keluarga dan masyarakat, masing-masing mempunyai peranan dalam membentuk karakter. Sekolah dengan segala fasilitasnya beserta kondisi yang ada tidak kecil pengaruhnya. Masyarakat dengan budayanya serta dengan iklim yang ada dan juga dimana anak hidup dan diasuh secara terus menerus sehingga sulit memilih mana yang paling dominan dalam mempengaruhi prilaku anak.
Kenakalan anak dilatar belakangi oleh rangkaian faktor yang saling mengikat. Lingkungan keluarga, keharmonisan orang tua serta suri tauladan sangat menentukan, namun dalam rangkaian menanggulangi kenakalan anak menuntut Tri Pusat Pendidikan secara menyeluruh karena kesadaran Tri Pusat Pendidikan dalam proses pendewasaan anak adalah kunci utama dalam membentuk pribadi anak.
Dalam masa anak ini timbul berbagai kesulitan dalam diri si anak baik secara jasmani maupun rohaninya. Pergaulan akan demikian halnya anak akan merasakan adanya kekakuan pada dirinya sendiri, masa ini disebut juga sebagai perasaan yang sangat peka, remaja mengalami badai dan topan dalam kehidupan dan perasaan serta emosinya.
INTERNET tak selamanya berdampak buruk bagi anak. Dengan batasan-batasan tertentu, internet akan membuat anak memiliki wawasan yang lebih luas. Di jaman yang serba modern seperti sekarang ini, permainan games elektronik memang mewarnai kehidupan anak-anak. Namun ternyata permainan ini juga membawa efek negatif, sehingga ada baiknya anda para orangtua jangan mengenalkan games ini terlalu awal pada anak-anak. Games elektronik ini memang membuat ketagihan, baik orang dewasa maupun anak-anak. Sebut saja Playstation (PS), Game Boy, Nintendo, dan banyak lagi. Pada saat bermain games ini, anak-anak sering kali lupa waktu karena beragam tantangan yang dihadirkan oleh games tersebut. Dan perasaan berkuasa saat sanggup memenangkan permainan dan mengendalikan tokoh-tokoh yang dihadirkan oleh games tersebut. Namun dibalik keasyikan yang dimunculkan oleh games ini ternyata efek negatif yang ditimbulkan juga cukup besar. Karena pada saat kalah maupun menang dalam games, pasti keinginan untuk bermain lagi amat sangat kuat, sehingga permainan ini akan manghabiskan waktu berjam-jam tanpa terasa. Efeknya mereka jadi kurang membaca, kurang bergaul diluar dengan teman sebayanya, bahkan kurang berkumpul dengan keluarga.
Jadi sebaiknya kita tidak mengenalkan games elektronik ini terlalu dini kepada anak-anak, namun jika mereka sudah mengenal sebaiknya kita harus pintar-pintar membatasi waktu bermainnya. Luangkan lah waktu untuk bermain dengan mereka sehingga kita dapat selalu dekat dan mengetahui perkembangan mereka.
Hari-hari terakhir ini, kita hampir tidak dapat dilepaskan dari hingar bingar berita skandal video porno mirip artis yang sudah tersebar bebas di internet. Lepas dari segala kecaman maupun berita yang disorotkan ke artis yang terlibat, kita memang perlu prihatin bahwa tersebarnya rekaman tersebut, sudah terjangkau hingga ke berbagai kalangan, termasuk anak-anak. Bahkan jauh sebelum kehebohan video ini muncul, kita tentu masih ingat tersebarnya pula rekaman video seks mantan pejabat, mahasiswa, ganti baju artis, dan masih banyak lagi.
Semuanya merupakan aktivitas yang cenderung ditabukan dalam kultur masyarakat kita, terutama bagi anak-anak. Dan tidak dapat dipungkiri, kasus yang melibatkan artis-artis terkenal ini menjadi perhatian publik maupun pemerintah yang cukup besar karena mereka adalah figur publik, sehingga membuat lebih banyak kalangan yang cenderung ingin tahu, apa yang sedang diberitakan media massa.
Memang harus kita akui, di jaman yang serba modern ini, penyebaran informasi apapun, baik yang positif maupun negatif, relatif sulit dihindari, termasuk juga informasi-informasi yang seharusnya diperuntukkan untuk orang dewasa yang sudah siap lahir dan batin menerima informasi tersebut. Apalagi, perkembangan internet dan perangkatnya yang semakin murah dan semakin kita butuhkan untuk aktivitas sehari-hari sehingga memungkinkan akses yang semakin mudah.
Tentu tidak akan efektif bila kita sebagai orang tua, hanya sekedar melarang anak kita dan memarahinya bila kita mendapatinya sedang mengkonsumsi informasi yang tergolong dewasa, baik melalui internet, handphone, televisi ataupun alat teknologi lain, karena hal itu akan memunculkan rasa penasaran yang besar pada anak, dan ujung-ujungnya, akan mudah tergoda untuk mencari tahu dalam bentuk praktek nyata, seperti yang kebanyakan diberitakan selama ini di berbagai media massa.
Oleh sebab itu, kunci utama untuk melindungi buah hati kita dari dampak negative kemajuan teknologi, dengan tetap kita mampu memaksimalkan segi positif dari teknologi tersebut, adalah KOMUNIKASI.
Marah, memaksa, melarang, menghukum, maupun tindakan emosional lainnya, cenderung meningkatkan perasaan tertekan dan keinginan memberontak pada anak, yang ujung-ujungnya, akan menyulitkan orang tua dalam penanaman nilai secara tepat. Komunikasi antar orang tua dengan anak yang terjalin dengan baik (artinya, anak merasa nyaman setiap kali berkomunikasi dengan orang tuanya, bukan malah tertekan atau takut), akan jauh lebih efektif untuk menanamkan nilai-nilai dibandingkan faktor luar.
Hanya pada saat anak tidak merasa nyaman ketika ia di rumah, itulah saatnya faktor luar (teman, media massa, dll) memberikan pengaruh yang signifikan. Lantas, bagaimana caranya ber-KOMUNIKASI yang efektif agar anak mudah memahami pengertian yang dimaksud orang tua?
Di sini, dibutuhkan KESESUAIAN antara inti informasi yang dikomunikasikan orang tua dengan perkembangan mental anak, yang umumnya mengikuti perkembangan usianya. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan intelektual dapat semakin cepat dan semakin dini berkat pengaruh gizi, lingkungan, maupun pola asuh. Namun sebaliknya, perkembangan mental perlu proses sinergi terus menerus antara orang tua-anak-lingkungan hingga anak mulai mampu mengambil tanggung jawab secara mandiri di masa dewasa.
Beberapa orang mengatakan berbahaya bagi anak, alasannya karena bahaya dari situs porno, menjadikan anak malas, anak menjadi lebih sering di depan komputer dari pada mengembangkan kecerdasan interpersonalnya dan membuat anak jarang berinteraksi dengan masyarakat. Kemudian ada alasan lagi tentang kesehatan, terutama kesehatan mata karena terlalu sering duduk di depan komputer.
Dalam menyikapi hal tersebut, psikolog anak dari Universitas Indonesia Jakarta, Fabiola P. Setiawan (sumber : artikel okezone.com) mengatakan bahwa setiap anak boleh bermain internet, tetapi harus atas izin dari orangtua. “Tidak salah kok membiarkan anak bermain internet. Internet itu untuk membuka cakrawala dunia,” tandasnya. Selain itu, sebelum anak-anak asyik berjam-jam main internet, orangtua pun harus menerapkan “do and donts to do”, di mana peraturan itu dibuat oleh orangtua. “Jadi sebelum orangtua mengizinkan, harus ada peraturannya terlebih dahulu,” ujar Feby, sapaan akrab Fabiola.
Feby menjelaskan, tidak ada batasan umur bagi anak-anak yang boleh mengakses internet. Karena jika dilihat berdasarkan fungsinya, anak-anak juga butuh internet. Fungsinya tersebut pun bermacam-macam, seperti untuk mengerjakan tugas, iseng membuka situs untuk menambah pengetahuan, atau sekadar membuka permainan komputer. “Anak-anak sekarang jam sekolahnya padat, dan pulang dibekali dengan tugas yang menumpuk. Di sini internet bisa memperingan kerja anak, sehingga orangtua pun memperbolehkan membuka internet untuk memudahkan mereka mengerjakan tugas,” ucap psikolog lulusan Universitas Indonesia ini.
Untuk anak-anak yang ingin mengakses internet, sebaiknya dilakukan di bawah pengawasan orangtua. Baik itu mengerjakan tugas sekolah maupun hanya bermain game di rumah. “Siapa pun itu orangnya, entah orangtua, kakak atau pengasuh di rumah, jika anak sedang berinternet, harus ada yang mendampingi,” papar psikolog yang menyelesaikan program S-2 di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Saat anak berinternet pun, orangtua diperkenankan untuk menunjukkan rasa ketertarikannya pada apa yang dilakukan anak. Misalkan bertanya, apa yang tadi anak buka, apa saja yang mereka lihat. “Dari sini anak menjadi terbuka dan tidak menyembunyikan apa saja yang mereka dapat di internet,” jelas psikolog satu anak ini.
Hal yang terpenting bagi orang tua, ketika orangtua mengizinkan anak bermain internet, jangan lupa untuk mengunci situs- situs tertentu yang berhubungan dengan situs orang dewasa, mendampingi mereka, dan mengingatkan anak untuk boleh membuka situs yang diperlukan saja.
Seorang ahli Psikologi mengungkapkan ada beberapa tahapan perkembangan kognitif pada anak, diantaranya adalah:
1. Stadium sensori-motorik (0-18 atau 24 bulan) :
Piaget berpendapat bahwa dalam perkembangan kognitif selama stadium sensori motorik ini, inteligensi anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi simulasi sensorik. Dalam stadium ini yang penting adalah tindakan konkrit dan bukan tindakan imaginer atau hanya dibayangan saja. Piaget menamakan proses ini sebagai proses desentrasi, artinya anak dapat memandang dirinya sendiri dan lingkungan sebagai dua entitas yang berbeda. Sebelum usia 18 bulan, anak belum mengenal object permanence. Artinya, benda apapun yang tidak ia lihat, tidak ia sentuh, atau tidak ia dengar dianggap tidak ada meskipun sesungguhnya benda itu ada. Dalam rentang 18 – 24 bulan barulah kemampuan object permanence anak tersebut muncul secara bertahap dan sistematis.
2. Stadium pra-operasional (18 bulan—7 tahun) :
Stadium pra-operasional dimulai dengan penguasaan bahasa yang sistematis, permainan simbolis, imitasi (tidak langsung) serta bayangan dalam mental. Semua proses ini menunjukkan bahwa anak sudah mampu untuk melakukan tingkah laku simbolis. Anak sudah memiliki penguasaan sempurna tentang object permanence. Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak dilihat, didengar atau disentuh lagi. Jadi, pandangan terhadap eksistensi benda tersebut berbeda dengan pandangan pada periode sensori motor, yakni tidak bergantung lagi pada pengamatannya belaka. Pada periode ditandai oleh adanya egosentris serta pada periode ini memungkinkan anak untuk mengembangkan diferred-imitation, insight learning dan kemampuan berbahasa, dengan menggunakan kata-kata yang benar serta mampu mengekspresikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif.
3. Stadium operasional konkrit (7—11 tahun) :
Cara berpikir anak yang operasional konkrit kurang egosentris. Ditandai oleh desentrasi yang besar, artinya anak sekarang misalnya sudah mampu untuk memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga untuk menghubungkan dimensi-dimensi ini satu sama lain. Anak sekarang juga memperhatikan aspek dinamisnya dalam perubahan situasi. Akhirnya ia juga sudah mampu untuk mengerti operasi logis dari reversibilitas. Pada dasarnya perkembangan kognitif anak ditinjau dari karakteristiknya sudah sama dengan kemampuan kognitif orang dewasa. Namun masih ada keterbatasan kapasitas dalam mengkoordinasikan pemikirannya. Pada periode ini anak baru mampu berfikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret.
Ada juga kekurangan dalam cara berpikir operasional konkrit. Yaitu anak mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang konkrit. Dengan kata lain, bila anak dihadapkan dengan suatu masalah (misalnya masalah klasifikasi) secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia belum mampu untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik.
4. Stadium operasional formal (mulai 11 tahun) :
Pada periode ini seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif yaitu :
Kapasitas menggunakan hipotesis; kemampuan berfikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang dia respons dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak.
Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak; kemampuan untuk mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak secara luas dan mendalam.
No comments:
Post a Comment