Peristiwa-peristiwa traumatik dapat terjadi dalam kehidupan seseorang tanpa dapat diprediksi sebelumnya dan tanpa adanya persiapan apapun. Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda ketika dihadapkan pada peristiwa traumatik seperti ini. Pada beberapa orang, peristiwa traumatik ini membuatnya menjadi trauma, ia tidak mampu menjalankan kesehariannya seperti biasa (sebelum peristiwa tersebut terjadi), bayangan akan peristiwa tersebut senantiasa kembali dalam ingatannya dan mengusiknya, ia juga merasa tak mampu mengatasinya. Mereka yang mengalami hal demikian mungkin mengalami apa yang disebut dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).
Post-traumatic stress disorder (PTSD) can affect those who personally experience the catastrophe, those who witness it, and those who pick up the pieces afterwards, including emergency workers and law enforcement officers. It can even occur in the friends or family members of those who went through the actual trauma (Smith & Segal. 2008).
Post-traumatic stress disorder dapat mempengaruhi mereka yang secara pribadi mengalami bencana atau musibah besar, mereka yang menjadi saksi atas kejadian tersebut, dan mereka yang membantu dalam kejadian tersebut, termasuk pekerja sosial dan petugas keamanan. Bahkan hal ini dapat terjadi di kalangan teman atau kerabat dari orang yang mengalami trauma (Smith & Segal. 2008).
Beberapa sumber mendefinisikan Post Traumatic Stress Disorder sebagai berikut:
Post Traumatic Stress Disorder is an anxiety disorder that can develop after exposure to a terrifying event or ordeal in which grave physical harm occurred or was threatened (American Psychological Association, 2004).
Post Traumatic Stress Disorder adalah gangguan kecemasan yang dapat terbentuk dari sebuah peristiwa atau pengalaman yang menakutkan/mengerikan, sulit dan tidak menyenangkan dimana terdapat penganiayaan fisik atau perasaan terancam (American Psychological Association, 2004).
Post-traumatic stress disorder (PTSD) is a disorder that can develop following a traumatic event that threatens your safety or makes you feel helpless (Smith & Segal, 2008).
Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah sebuah gangguan yang dapat terbentuk dari peristiwa traumatik yang mengancam keselamatan anda atau membuat anda merasa tidak berdaya (Smith & Segal, 2008).
Peristiwa yang dapat dikategorikan sebagai peristiwa traumatik pada umumnya mengandung tiga buah elemen sebagai berikut (Jaffe, Segal, & Dumke, 2005):
1. Kejadian tersebut tidak dapat diprediksi (It was unexpected)
2. Orang yang mengalami kejadian tersebut tidak siap dihadapkan pada kondisi / kejadian demikian (The person was unprepared)
3. Tidak ada yang dapat dilakukan oleh orang tersebut untuk mencegah terjadinya peristiwa tersebut (There was nothing the person could do to prevent it from happening)
... any overwhelming life experience can trigger PTSD, especially if the event is perceived as unpredictable and uncontrollable (Smith & Segal. 2008).
... pengalaman hidup apapun yang terlalu "mengguncang" dapat memicu PTSD, terutama jika peristiwa tersebut dilihat sebagai sesuatu yang tidak dapat diduga dan dikendalikan / dikontrol (Smith & Segal. 2008).
Smith & Segal menyebutkan peristiwa traumatik yang dapat mengarah kepada munculnya PTSD termasuk:
- Perang (War)
- Pemerkosaan (Rape)
- Bencana alam (Natural disasters)
- Kecelakaan mobil / Pesawat (A car or plane crash)
- Penculikan (Kidnapping)
- Penyerangan fisik (Violent assault)
- Penyiksaan seksual / fisik (Sexual or physical abuse)
- Prosedur medikal - terutama pada anak-anak (Medical procedures - especially in kids)
Selama bertahun-tahun penelitian, 17 gejala / simptom PTSD telah dapat diidentifikasi. Simptom-simptom tersebut ditulis dalam the 4th edition of the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV). Ke-17 simptom tersebut dibagi kedalam tiga kelompok besar. Ketiga kelompok tersebut, dan simptom-simptom spesifik yang ada di dalamnya dijelaskan di bawah ini:
1. Merasakan kembali peristiwa traumatik tersebut (Re-Experiencing Symptoms)
- Secara berkelanjutan memiliki pikiran atau ingatan yang tidak menyenangkan mengenai peristiwa traumatik tersebut (Frequently having upsetting thoughts or memories about a traumatic event).
- Mengalami mimpi buruk yang terus menerus berulang (Having recurrent nightmares).
- Bertindak atau merasakan seakan-akan peristiwa traumatik tersebut akan terulang kembali, terkadang ini disebut sebagai "flashback" (Acting or feeling as though the traumatic event were happening again, sometimes called a "flashback").
- Memiliki perasaan menderita yang kuat ketika teringat kembali peristiwa traumatik tersebut (Having very strong feelings of distress when reminded of the traumatic event).
- Terjadi respon fisikal, seperti jantung berdetak kencang atau berkeringat ketika teringat akan peristiwa traumatik tersebut (Being physically responsive, such as experiencing a surge in your heart rate or sweating, to reminders of the traumatic event).
2. Menghindar (Avoidance Symptoms)
- Berusaha keras untuk menghindari pikiran, perasaan atau pembicaraan mengenai peristiwa traumatik tersebut (Making an effort to avoid thoughts, feelings, or conversations about the traumatic event).
- Berusaha keras untuk menghindari tempat atau orang-orang yang dapat mengingatkan kembali akan peristiwa traumatik tersebut (Making an effort to avoid places or people that remind you of the traumatic event).
- Sulit untuk mengingat kembali bagian penting dari peristiwa traumatik tersebut (Having a difficult time remembering important parts of the traumatic event).
- Kehilangan ketertarikan atas aktifitas positif yang penting (A loss of interest in important, once positive, activities).
- Merasa "jauh" atau seperti ada jarak dengan orang lain (Feeling distant from others).
- Mengalami kesulitan untuk merasakan perasaan-perasaan positif, seperti kesenangan / kebahagiaan atau cinta / kasih sayang ( Experiencing difficulties having positive feelings, such as happiness or love).
- Merasakan seakan-akan hidup anda seperti terputus ditengah-tengah - anda tidak berharap untuk dapat kembali menjalani hidup dengan normal, menikah dan memiliki karir (Feeling as though your life may be cut short - you don’t expect to live a normal life span, get married, have a career).
3. “Waspada†(Hyperarousal Symptoms)
- Sulit untuk tidur atau tidur tapi dengan gelisah (Having a difficult time falling or staying asleep).
- Mudah / lekas marah atau meledak-ledak (Feeling more irritable or having outbursts of anger).
- Memiliki kesulitan untuk berkonsentrasi (Having difficulty concentrating).
- Selalu merasa seperti sedang diawasi atau merasa seakan-akan bahaya mengincar di setiap sudut "Feeling constantly "on guard" or like danger is lurking around every corner".
- Menjadi gelisah, tidak tenang, atau mudah "terpicu" / sangat "waspada" (Being "jumpy" or easily startled).
Apakah anda membutuhkan semua simptom ini untuk diagnosa PTSD?
Untuk di-diagnosa mengalami PTSD, seseorang tidak perlu memiliki semua simptom di atas. Dalam faktanya, sangat jarang seseorang dengan PSTD mengalami seluruh simptom yang tertulis diatas. Untuk di-diagnosa mengalami PTSD, seseorang hanya perlu beberapa simptom dari setiap kelompok. Dan tentunya persyaratan tambahan untuk diagnosa PTSD juga perlu dites, seperti bagaimana seseorang merespon peristiwa traumatik tersebut, berapa lama simptom tersebut dialami, dan seberapa luas simptom tersebut mempengaruhi kehidupannya.
No comments:
Post a Comment