Sunday, November 20, 2011

Stress


Ø  Pengertian & Terminologi Stress

Istilah stress pertama kali digunakan dalam konteks biologis oleh Seorang Pakar Endokrinologi, Hans Selye pada 1930-an. Stress adalah istilah dalam psikologi dan biologi, dipinjam dari fisika dan teknik..

Menurut J.P. Chaplin dalam Kamus Lengkap Psikologi mendefinisikan bahwa dimaknai stress sebagai satu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Hal yang sama juga di ujarkan oleh Atkinson, yang menyatakan bahwa stress terjadi ketika orang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai mengancam kesehatan fisika maupun psikologisnya.

Sedangkan menurut Sarafino , stress muncul akibat terjadinya kesenjangan antara tuntutan yang dihasilkan oleh transaksi antara individu dan lingkungan dengan sumber daya biologis, psikologis atau sistem sosial yang dimiliki individu tersebut.

Begitu pula menurut Lazarus, Ia menyatakan bahwa stress itu adalah rasa cemas seseorang yang terancam atau timbul ketia seseorang tersebut menginterpretasikan atau menilai suatu kondisi atau situias sebagai kemampuan psikologi seseorang tersebut untuk bisa mdi tanganinya secara memadai.


Ø  Proses Pengalaman Stress

Stress merupakan persepsi yang dinilai seseorang dari sebuah situasi atau peristiwa. Sebuah situasi yang sama dapat dinilai positif, netral atau negatif oleh orang yang berbeda. Selain itu, semakin banyak kejadian yang dinilai sebagai stressor oleh seseorang, maka semakin besar kemungkinan seseorang mengalami stress yang lebih berat.

Perbedaan tingkat perkembangan antara anak-anak dengan orang dewasa tidak membuat perbedaan besar dalam hal pembentukan persepsi manusia. Teori appraisal dari Lazarus sudah diaplikasikan dalam penelitian terhadap anak. Salah satu penelitian yang dimaksud adalah penelitian oleh Johnson dan Bradlyn, yang ditujukan untuk meneliti appraisal positif dan negatif terhadap suatu peristiwa serta seberapa besar pengaruh peristiwa tersebut terhadap seorang anak.

Menurut Lazarus yang melakukan penilaian tersebut ada 2 tahap yang harus dilalui, yakni :

1.       Primary appraisal
Primary appraisal merupakan proses penentuan makna dari suatu peristiwa yang dialami individu. Peristiwa tersebut dapat dipersepsikan positif, netral, atau negatif oleh individu. Peristiwa yang dinilai negatif kemudian dicari kemungkinan adanya harm, threat, atau challenge.
Primary appraisal memiliki tiga komponen, yaitu:
1.      Goal relevance.
2.      Goal congruence or incongruen.
3.      Type of ego involvement.
2.      Secondary appraisal
Secondary appraisal merupakan penilaian mengenai kemampuan individu melakukan coping, beserta sumber daya yang dimilikinya, dan apakah individu cukup mampu menghadapi harm, threat, dan challenge dalam peristiwa yang terjadi.

Secondary appraisal memiliki tiga komponen, yaitu:
1.      Blame and credit.
2.      Coping-potential.
3.      Future expectancy.
Pengalaman subjektif akan stres merupakan keseimbangan antara primary dan secondary appraisal. Ketika harm dan threat yang ada cukup besar, sedangkan kemampuan untuk melakukan coping tidak memadai, stres yang besar akan dirasakan oleh individu. Sebaliknya, ketika kemampuan coping besar, stress dapat diminimalkan.

Ø  Sumber-Sumber Potensi Stress

Didalam terjadinya stress, terdapar beberapa faktor, diantaranya adalah      :
1.      Faktor lingkungan
Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat stress para individu dan organisasi. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika ekonomi memburuk orang merasa cemas terhadap kelangsungan pekerjaannya.
2.      Faktor organisasi
Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan stress.  Tekanan untuk menghindari kesalahaan atau menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa di antaranya. Hal ini dapat mengelompokkan faktor-faktor ini menjadi tuntutan tugas, peran, dan antar pribadi.
3.      Faktor pribadi
Faktor-faktor pribadi terdiri dari masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang.

Ø  Proses Terjadinya Stress

a.       Coping Stress
Coping adalah suatu tindakan merubah kognitif secara konstan dan merupakan suatu usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki individu. Coping dipandang sebagai suatu usaha untuk menguasai situasi tertekan, tanpa memperhatikan akibat dari tekanan tersebut. Namun coping bukan merupakan suatu usaha untuk menguasai seluruh situasi menekan, karena tidak semua situasi tersebut dapat benar-benar dikuasai. Maka, coping yang efektif untuk dilakukan adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya.
Menurut Lazarus & Folkman, dalam melakukan coping, ada dua strategi yang dibedakan menjadi :
1.      Problem-focused coping.
2.      Emotion-focused coping.

Individu cenderung untuk menggunakan problem-focused coping dalam menghadapi masalah-masalah yang menurut individu tersebut dapat dikontrolnya. Sebaliknya, individu cenderung menggunakan emotion focused coping dalam menghadapi masalah-masalah yang menurutnya sulit untuk dikontrol. Terkadang individu dapat menggunakan kedua strategi tersebut secara bersamaan, namun tidak semua strategi coping pasti digunakan oleh individu.
Suatu studi dilakukan oleh Folkman et al., mengenai kemungkinan variasi dari kedua strategi terdahulu, yaitu problem-focused coping dan emotion focused coping. Hasil studi tersebut menunjukkan adanya delapan strategi coping yang muncul, yaitu :
Problem-focused coping         :
      1. Confrontative coping.
      2. Seeking social support.
      3.  Planful problem solving.
Emotion focused coping          :
      1. Self-control.
      2. Distancing.
      3. Positive reappraisal.
      4. Accepting responsibility.
      5. Escape/avoidance.

b.      Coping Outcome
Coping outcome adalah kriteria hasil coping untuk menentukan keberhasilan coping. Coping outcome, yaitu :
1.      Ukuran fungsi fisiologis.
2.      Apakah individu dapat kembali pada keadaan seperti sebelum ia mengalami stress, dan seberapa cepat ia dapat kembali.
3.      Efektivitas dalam mengurangi psychological distress.
Ada pun 5 strategi coping yang mengacu pada fungsi tugas coping yang dikenal dengan istilah coping task, yakni :
1.      Mengurangi kondisi lingkungan yang berbahaya dan meningkatkan prospek untuk memperbaikinya
2.      Mentoleransi atau menyesuaikan diri dengan kenyataan yang negatif.
3.      Mempertahankan gambaran diri yang positif.
4.      Mempertahankan keseimbangan emosional.
5.      Melanjutkan kepuasan terhadap hubungannya dengan orang lain.
Para ahli telah banyak memberikan penjelasan mengenai harfiah stress. Putra menjelaskan, stress adalah respon terhadap stressor. Stressor adalah faktor-faktor pendorong terjadinya stres seperti faktor fisiologis, faktor psikologis, dan faktor sosiologis.
Faktor fisiologis diantaranya peristiwa Post-Menstruation Syndrome (PMS). Ketika wanita terkena PMS, wanita cenderung akan mudah terkena stress. Faktor psikologis diantaranya, ketika seseorang yang menemui kegagalan, sehingga diri individu tersebut akan terbebani dan pada akhirnya kondisi stres tidak akan terelakan lagi. Sedangkan faktor sosiologis diantaranya ketika seseorang merasa tidak di terima dalam lingkungan tertentu.
Interaksi antara individu dengan stressor yang akan tinggi akan berakibat buruk tersebut individu tersebut. Selye menyebutkan, interaksi yang berlebih tersebut akan mengabitkan timbulnya berbagai penyakit fisik atau psikologis. Lebih jauh, Selye menjelaskan tentang Sindrom Adaptasi Umum/General Adaptation Syndrome (GAS) melalui beberapa tahapan, yakni    :
1.        Tahapan Peringatan (Alarm Stage).
2.        Tahapan Adaptasi atau eustress (Adaptation Stage).
3.        Tahapan Kelelahan atau Distress (Exhaustion Stage)

Ø  Hubungan Stress dan Depresi
Stres dan depresi, yang dianggap sebagai penyakit zaman kita, tidak hanya berbahaya secara kejiwaan, tapi juga mewujud dalam berbagai kerusakan tubuh. Gangguan umum yang terkait dengan stress dan depresi adalah beberapa bentuk penyakit kejiwaan, ketergantungan pada obat terlarang, gangguan tidur, dll..
Stress yang menimpa begitu banyak orang, adalah suatu keadaan batin yang diliputi kekhawatiran akibat perasaan seperti takut, tidak aman, ledakan perasaan yang berlebihan, cemas dan berbagai tekanan lainnya, yang merusak keseimbangan tubuh. Ketika seseorang menderita stress, tubuhnya bereaksi dan membangkitkan tanda bahaya, sehingga memicu terjadinya beragam reaksi biokimia di dalam tubuh.
Oleh karena stress yang parah, khususnya, mengubah fungsi-fungsi normal tubuh, hal ini dapat berakibat sangat buruk. Akibat stress, kadar adrenalin dan kortisol di dalam tubuh meningkat di atas batas normal. Peningkatan kadar kortisol dalam rentang waktu lama berujung pada kemunculan dini gangguan-gangguan seperti diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dsb. Kadar kortisol yang tinggi dapat berdampak pada terbunuhnya sel-sel otak.
Sejumlah gangguan akibat stress digambarkan dalam sebuah sumber sebagaimana berikut  :
Terdapat kaitan penting antara stress dan tegang [penegangan], serta rasa sakit yang ditimbulkannya. Penegangan yang diakibatkan stres berdampak pada penyempitan pembuluh darah nadi, gangguan pada aliran darah ke daerah-daerah tertentu di kepala dan penurunan jumlah darah yang mengalir ke daerah tersebut. Di saat yang sama zat-zat seperti adrenalin dan norepinefrin, yang mempengaruhi sistem saraf selama stress berlangsung, juga dikeluarkan. Hal ini secara langsung atau tidak akan meningkatkan dan mempercepat penegangan otot.
Akan tetapi, salah satu dampak paling merusak dari stress adalah serangan jantung. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang agresif, khawatir, cemas, tidak sabar, dengki, suka memusuhi dan mudah tersinggung memiliki peluang terkena serangan jantung jauh lebih besar daripada orang yang tidak memiliki kecenderungan sifat-sifat tersebut.
Para ilmuwan telah mengetahui bahwa semakin parah tingkat stress, maka akan semakin lemahlah peran positif sel-sel darah merah di dalam darah. Menurut sebuah penelitian yang dikembangkan oleh Linda Naylor, pimpinan perusahaan alih teknologi Universitas Oxford, pengaruh negatif berbagai tingkatan stress pada sistem kekebalan tubuh kini dapat diukur.
Terdapat kaitan erat antara stress dan sistem kekebalan tubuh. Stress kejiwaan memiliki dampak penting pada sistem kekebalan dan berujung pada kerusakannya. Saat dilanda stress, otak meningkatkan produksi hormon kortisol dalam tubuh, yang melemahkan sistem kekebalan. Atau dengan kata lain, terdapat hubungan langsung antara otak, sistem kekebalan tubuh dan hormon.
Singkatnya, stress merusak keseimbangan alamiah dalam diri manusia. Mengalami keadaan yang tidak normal ini secara terus-menerus akan merusak kesehatan tubuh, dan berdampak pada beragam gangguan fungsi tubuh.





Ø  Gejala Stress

Tanda-tanda stress ada 4, yakni kognitif, emosional, fisik, dan perilaku.

1.      Gejala Kognitif            :

a.       Masalah memori.
b.       Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.
c.        Hanya melihat yang negatif.
d.       Cemas atau balap pikiran.

2.      Gejala Emosional        :
a.       Agitasi.
b.       Merasa kewalahan.
c.        Rasa kesepian dan isolasi.
d.       Depresi atau ketidakbahagiaan umum.

 

3.      Gejala fisik                  :

a.       Sakit dan nyeri.
b.       Mual, pusing.
c.        Nyeri dada, denyut jantung yang cepat.
d.       Hilangnya dorongan seks.

 

4.      Gejala Perilaku            :

a.       Makan lebih atau kurang.
b.       Mengisolasi diri dari orang lain.
c.        Menggunakan alkohol, rokok, atau obat-obatan untuk bersantai.
d.       Saraf kebiasaan (misalnya menggigit kuku, mondar-mandir).


Ø  Gangguan Stress Pasca Trauma
Gangguan stress pasca trauma merupakan gangguan mental pada seseorang yang muncul setelah mengalami suatu pengalaman traumatik dalam kehidupan atau suatu peristiwa yang mengancam keselamatan jiwanya.

Ada berbagai cara yang baik di lakukan untuk mengatasi stress, yakni   :
A.    Mencari dukungan Sosial.
B.     Pilihan Dukungan Sosial.
C.     Hal hal yang harus dilakukan.
D.    Hal hal yang jangan dikerjakan.
E.     Cara untuk dapat berhubungan.
F.      Memberikan Dukungan Sosial.

Alasan Mengapa orang akan menolak Dukungan Sosial        :
1.      Tidak tahu apa yang mereka inginkan.
2.      Tidak ingin merepotkan orang lain.
3.      Ingin menghindari untuk memikirkan atau merasakan peristiwa traumatis.
4.      Merasa malu atau lemah.
5.      Meragukan bahwa hal tersebut dapat membantunya, atau orang lain tidak dapat mengerti, dll.
Hal positif yang terjadi bila mendapatkan dukungan Sosial
1.      Terlihat tertarik, perhatian dan peduli.
2.      Terlihat adanya reaksi hormat pada individu dan mulai mampu menjalani dengan lebih baik.
3.      Dapat berkomentar lebih baik tentang bencana yang sudah terjadi.
4.      Dapat berkomunikasi dengan baik setiap saat.
5.      Dengan berjalanya waktu stres dapat berangsur-angsur pulih, dll.
Hal-hal yang dapat mengganggu Dukungan Sosial
1.      Memaksa orang untuk merasa nyaman dan mengatakan bahwa semua itu sudah berlalu.
2.      Menunjukan bahwa orang lain lebih lemah dibandingkan dengan diri anda yang tegar karena dapat menjalani hidup dengan lebih baik.
3.      Hanya membicarakan pengalamannya sendiri tanpa mau mendengar cerita orang lain.
4.      Memberi saran yang tidak tepat karena anda tidak bertanya atau mendengarkanya terlebih dahulu.

Jika Dukungan Sosial yang diberikan tidak mencukupi..
1.      Biarkan mereka mengetahui apa yang dikatakan para ahli bahwa menghindar dan menarik diri akan menyebabkan peningkatan kesedihan/ketakutan (distress) dan menyadarkan bahwa dukungan sosial yang diberikan dapat menolong mereka untuk pulih.
2.      Meyakinkan mereka agar mau untuk berkomunikasi dengan konselor, ustad/pendeta, atau dokter/perawat yang menawarkan diri membantu mereka.
3.      Meyakinkan mereka untuk terlibat dalam kelompok yang mendukung satu sama lain yang sama-sama tertimpa bencana.
4.      Pada akhirnya dukungan orang lain dalam lingkungan sosial akan menjadi bagian diri anda yang sangat mendukung satu sama lain.

Ø  Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)

Peristiwa-peristiwa traumatik dapat terjadi dalam kehidupan seseorang tanpa dapat diprediksi sebelumnya dan tanpa adanya persiapan apapun. Pada beberapa orang, peristiwa traumatik ini membuatnya menjadi trauma, ia tidak mampu menjalankan kesehariannya seperti biasa (sebelum peristiwa tersebut terjadi), bayangan akan peristiwa tersebut senantiasa kembali dalam ingatannya dan mengusiknya,  ia juga merasa tak mampu mengatasinya. Mereka yang mengalami hal demikian mungkin mengalami apa yang disebut dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).
Post-traumatic stress disorder dapat mempengaruhi mereka yang secara pribadi mengalami bencana atau musibah besar, mereka yang menjadi saksi atas kejadian tersebut, dan mereka yang membantu dalam kejadian tersebut, termasuk pekerja sosial dan petugas keamanan. Bahkan hal ini dapat terjadi di kalangan teman atau kerabat dari orang yang mengalami trauma”.
Beberapa sumber mendefinisikan Post Traumatic Stress Disorder sebagai berikut:.
Post Traumatic Stress Disorder adalah gangguan kecemasan yang dapat terbentuk dari sebuah peristiwa atau pengalaman yang menakutkan/mengerikan, sulit dan tidak menyenangkan dimana terdapat penganiayaan fisik atau perasaan terancam.
Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah sebuah gangguan yang dapat terbentuk dari peristiwa traumatik yang mengancam keselamatan anda atau membuat anda merasa tidak berdaya.
Peristiwa yang dapat dikategorikan sebagai peristiwa traumatik pada umumnya mengandung tiga buah elemen sebagai berikut   :
1.      Kejadian tersebut tidak dapat diprediksi (It was unexpected).
2.      Orang yang mengalami kejadian tersebut tidak siap dihadapkan pada kondisi / kejadian demikian (The person was unprepared).
3.      Tidak ada yang dapat dilakukan oleh orang tersebut untuk mencegah terjadinya peristiwa tersebut (There was nothing the person could do to prevent it from happening),

Smith & Segal menyebutkan peristiwa traumatik yang dapat mengarah kepada munculnya PTSD termasuk:
a.       Perang (War).
b.      Pemerkosaan (Rape).
c.       Bencana alam (Natural disasters).
d.      Kecelakaan mobil / Pesawat (A car or plane crash).
e.       Penculikan (Kidnapping).
f.       Penyerangan fisik (Violent assault).
g.      Penyiksaan seksual / fisik (Sexual or physical abuse).
h.      Prosedur medikal - terutama pada anak-anak (Medical procedures - especially in kids).

Selama bertahun-tahun penelitian, 17 gejala / simptom PTSD telah dapat diidentifikasi. Ke-17 simptom tersebut dibagi kedalam tiga kelompok besar. Ketiga kelompok tersebut, dan simptom-simptom spesifik yang ada di dalamnya dijelaskan di bawah ini:
1.      Merasakan kembali peristiwa traumatik tersebut  (Re-Experiencing Symptoms).
a.       Secara berkelanjutan memiliki pikiran atau ingatan yang tidak menyenangkan mengenai peristiwa traumatik tersebut.
b.      Mengalami mimpi buruk yang terus menerus berulang.
c.       Bertindak atau merasakan seakan-akan peristiwa traumatik tersebut akan terulang kembali, terkadang ini disebut sebagai "flashback".
d.      Memiliki perasaan menderita yang kuat ketika teringat kembali peristiwa traumatik tersebut.
e.       Terjadi respon fisikal, seperti jantung berdetak kencang  atau berkeringat ketika teringat akan peristiwa traumatik tersebut.

2.      Menghindar (Avoidance Symptoms).
a.       Berusaha keras untuk menghindari pikiran, perasaan atau pembicaraan mengenai peristiwa traumatik tersebut.
b.      Berusaha keras untuk menghindari tempat atau orang-orang yang dapat mengingatkan kembali akan peristiwa traumatik tersebut.
c.       Sulit untuk mengingat kembali bagian penting dari peristiwa traumatik tersebut.
d.      Kehilangan ketertarikan atas aktifitas positif yang penting.
e.       Merasa "jauh" atau seperti ada jarak dengan orang lain.
f.       Mengalami kesulitan untuk merasakan perasaan-perasaan positif, seperti kesenangan / kebahagiaan atau cinta / kasih sayang.
g.      Merasakan seakan-akan hidup anda seperti terputus ditengah-tengah - anda tidak berharap untuk dapat kembali menjalani hidup dengan normal, menikah dan memiliki karir.
3.      Waspada (Hyperarousal Symptoms).
a.       Sulit untuk tidur atau tidur tapi dengan gelisah.
b.      Mudah / lekas marah atau meledak-ledak.
c.       Memiliki kesulitan untuk berkonsentrasi.
d.      Selalu merasa seperti sedang diawasi atau merasa seakan-akan bahaya mengincar di setiap sudut.

No comments: