TULISAN II
TEORI
KEPRIBADIAN (KESEHATAN MENTAL)
TEORI KEPRIBADIAN
Pada
dasarnya setiap makhluk yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa memiliki sifat
kepribadian yang saling berbeda-beda, entah itu manusia maupun binatang.
Kepribadian-lah yang menjadikan setiap insan makhluk itu di bedakan, bisa itu
dari sifat, sikap ataupun perilaku.
Kepribadian
pada dasarnya memilik faktor penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari,
bisa di bayangkan manusia tidak memiliki kepribadian. Mungkin manusia bisa di
gambarkan seperti Rumah tanpa Atap. Lalu apa itu kepribadian?.
Menurut
Kamus Besar Ilmu Psikologi, Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang
individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian
paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang
ditunjukkan oleh seseorang. Sedangkan menurut Gordon Allport, kepribadian
adalah suatu aspek organisasi (psikis atau fisik) yang merupakan suatu struktur
dan sekaligus proses.
a)
Aliran Psikoanalisa
Psikoanalisa
dapat dikatakan sebagai aliran psikologi yang paling dikenal meskipun mungkin
tidak dipahami seluruhnya. Namun psikoanalisa juga merupakan aliran psikologi
yang unik, tidak sama seperti aliran lainnya. Aliran ini juga yang paling
banyak pengaruhnya pada bidang lain di luar psikologi, melalui pemikiran Freud.
·
Konsep
mental yang aktif.
Konsep ini
terutama dianut oleh para ahli di Jerman. Pada waktu ini peran dominan
strukturalisme di Jerman telah diambil alih oleh aliran Gestalt. Paham Gestalt
menganggap struktur pengorganisasian mental manusia adalah inherent. Struktur
ini memungkinkan manusia belajar dan mendapatkan isi mental itu sendiri. Dengan
demikian, Gestalt berfokus pada konsep mental yang aktif namun tetap empiris.
Psikoanalisa
mengikuti keaktifan mental dari Gestalt (Freud dengan psikodinamikanya pada
level kesadaran dan non kesadaran) namun tidak empiris. Tidak seperti aliran
lainnya, psikoanalisa berkembang bukan dari riset para akademisi, tapi
berdasarkan pengalaman dari praktek klinis.
·
Perkembangan
treatment terhadap gangguan mental.
Pada masa
ini penanganan terhadap penderita gangguan mental sangat tidak manusiawi dan
disamakan dengan para pelaku kriminal serta orang-orang terlantar. Reformasi
dalam penanganan penderita gangguan mental diawali dengan perbaikan fasilitas
pengobatan, akhirnya mengarah pada
perbaikan di bidang teknik terapi bagi gangguan emosional dan perilaku.
perbaikan di bidang teknik terapi bagi gangguan emosional dan perilaku.
·
Consciousness,
Preconsciousness dan Unconsciousness.
Dari
ketiga aspek kesadaran, unconsciousness adalah yang paling dominan dan paling
penting dalam menentukan perilaku manusia (analoginya dengan gunung es). Di
dalam unsconscious tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis yang besar dan
instink. Preconsciousness berperan sebagai jembatan antara conscious dan
unconscious, berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja.
Consciousness hanyalah bagian kecil dari mind, namun satu-satunya bagian yang
memiliki kontak langsung dengan realitas.
·
Freud
mengembangkan konsep struktur mind di atas dengan mengembangkan ‘mind
apparatus’, yaitu yang dikenal dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi
konstruknya yang terpenting, yaitu id, ego dan super ego.
o Id adalah struktur paling mendasar
dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip
kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera.
o Ego berkembang dari id, struktur
kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku
manusia. Superego, berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk
dan moral.
o Superego merefleksikan nilai-nilai
sosial dan menyadarkan individu atas tuntuta moral. Apabila terjadi pelanggaran
nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah.
Ego selalu
menghadapi ketegangan antara tuntutan id dan superego. Apabila tuntutan ini
tidak berhasil diatasi dengan baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan
(anxiety). Dalam rangka menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi
defensif /pertahanan diri. Hal ini dikenal sebagai defense mecahnism yang
jenisnya bisa bermacam-macam, a.l. repression.
b)
Aliran
Behavioristik
Teori
behaviouristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin,
2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa
saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus
dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh (stimulus) dan apa yang
diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor
lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka
respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan
(negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Beberapa
prinsip dalam teori belajar behaviouristik, meliputi: (1) Reinforcement and
Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of
Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant
Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Tokoh-tokoh
aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike,
Watson,
Clark
Hull, Edwin
Guthrie, dan Skinner.
Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis
serta peranannya dalam pembelajaran.
Behaviorisme
secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi
dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata.
Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam
elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme
sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa
dan masih memfokuskan diri pada proses-proses mental.
PRINSIP
DASAR BEHAVIORISME
·
Perilaku
nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa
atau mental yang abstrak
·
Aspek
mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem
untuk sciene, harus dihindari.
·
Penganjur
utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya
subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
·
Dalam
perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para
behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya
pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan
mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt
behavior tetap terjadi.
·
Aliran
behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat
positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
·
Banyak
ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua
periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
c)Aliran Humanistik
Humanistik mulai muncul sebagai sebuah gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an. Aliran
Humanistik merupakan konstribusi dari psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon
Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
Walaupun psikolog humanistik dipengaruhi oleh psikoanalisis
dan behaviorisme, namun aliran ini mempunyai ketidaksesuaian yang sangat
berarti dengan psikoanalisis dan behaviorisme. Tekanan utama yang oleh
behavioris dikenakan pada stimuli dan tingkah laku yang teramati, dipandang
Psikologi Humanistik sebagai penyederhanaan yang keterlaluan yang melalaikan
diri manusia sendiri dan pengalaman-pengalaman batinnya, tingkah lakunya yang
kompleks seperti cinta, nilai-nilai dan kepercayaan, begitu pula potensinya
untuk mengarahkan diri dan mengaktualisasikan diri.
Maka psikologi humanistik sangat mementingkan diri (self)
manusia sebagai pemersatu yang menerangkan pengalaman-pengalaman subjektif
individual, yang banyak menentukan tingkah lakunya yang dapat diamati.
Psikolog-psikolog Humanistik pun tidak menyetujui pandangan pesismis terhadap
hakekat manusia dan dicerminkan oleh psikoanalisis Freud maupun pandangan
netral (tidak jahat dan tidak baik) kaum behavior.
Kedua aliran itu memandang tingkah laku manusia secara salah
yaitu sebagai tingkah laku yang seluruhnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan
diluar kekuasaannya; apakah kekuatan-kekuatan itu berupa motif-motif yang tak
disadari atau conditioning dari masa kanak-kanak dan pengaruh lingkungan.
Bertentangan dengan kedua pandangan aliran tadi, aliran Humanistik menyetujui
sebuah konsep yang jauh lebih positif mengenai hakekat manusia, yakni memandang
hakekat manusia itu pada dasarnya baik.
Perbuatan-perbuatan manusia yang kejam dan mementingkan diri
sendiri dipandang sebagai tingkah laku patologik yang disebabkan oleh penolakan
dan frustasi dari sifat yang pada dasarnya baik itu. Seorang manusia tidak
dipandang sebagai mesin otomat yang pasif, tetapi sebagi peserta yang aktif
yang mempunyai kemerdekaan memilih untuk menentukan nasibnya sendiri dan nasib
orang lain.
Walaupun psikolog humanistik dipengaruhi oleh psikoanalisis
dan behaviorisme, namun aliran ini mempunyai ketidaksesuaian yang sangat
berarti dengan psikoanalisis dan behaviorisme. Tekanan utama yang oleh
behavioris dikenakan pada stimuli dan tingkah laku yang teramati, dipandang
Psikologi Humanistik sebagai penyederhanaan yang keterlaluan yang melalaikan
diri manusia sendiri dan pengalaman-pengalaman batinnya, tingkah lakunya yang
kompleks seperti cinta, nilai-nilai dan kepercayaan, begitu pula potensinya
untuk mengarahkan diri dan mengaktualisasikan diri. Maka psikologi humanistik
sangat mementingkan diri (self) manusia sebagai pemersatu yang menerangkan
pengalaman-pengalaman subjektif individual, yang banyak menentukan tingkah
lakunya yang dapat diamati.
Psikolog-psikolog Humanistik pun tidak menyetujui pandangan
pesismis terhadap hakekat manusia dan dicerminkan oleh psikoanalisis Freud
maupun pandangan netral (tidak jahat dan tidak baik) kaum behavior. Menurut
aliran humanistik, kedua aliran itu memandang tingkah laku manusia secara salah
yaitu sebagai tingkah laku yang seluruhnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan
diluar kekuasaannya; apakah kekuatan-kekuatan itu berupa motif-motif yang tak
disadari atau conditioning dari masa kanak-kanak dan pengaruh lingkungan.
Bertentangan dengan kedua pandangan aliran tadi, aliran Humanistik menyetujui
sebuah konsep yang jauh lebih positif mengenai hakekat manusia, yakni memandang
hakekat manusia itu pada dasarnya baik. Perbuatan-perbuatan manusia yang kejam
dan mementingkan diri sendiri dipandang sebagai tingkah laku patologik yang
disebabkan oleh penolakan dan frustasi dari sifat yang pada dasarnya baik itu.
Seorang manusia tidak dipandang sebagai mesin otomat yang pasif, tetapi sebagi
peserta yang aktif yang mempunyai kemerdekaan memilih untuk menentukan nasibnya
sendiri dan nasib orang lain.
No comments:
Post a Comment