Coping Stress
Coping adalah
suatu tindakan merubah kognitif secara konstan dan merupakan suatu usaha
tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai
membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki individu. Coping dipandang
sebagai suatu usaha untuk menguasai situasi tertekan, tanpa memperhatikan
akibat dari tekanan tersebut. Namun coping bukan merupakan suatu usaha
untuk menguasai seluruh situasi menekan, karena tidak semua situasi tersebut
dapat benar-benar dikuasai. Maka, coping yang efektif untuk dilakukan
adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima
situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya.
Menurut
Lazarus & Folkman, dalam melakukan coping, ada dua strategi yang
dibedakan menjadi :
1.
Problem-focused
coping.
2. Emotion-focused coping.
Individu
cenderung untuk menggunakan problem-focused coping dalam
menghadapi masalah-masalah yang menurut individu tersebut dapat dikontrolnya.
Sebaliknya, individu cenderung menggunakan emotion focused coping dalam
menghadapi masalah-masalah yang menurutnya sulit untuk dikontrol. Terkadang
individu dapat menggunakan kedua strategi tersebut secara bersamaan, namun
tidak semua strategi coping pasti digunakan oleh individu.
Suatu studi dilakukan oleh Folkman
et al., mengenai kemungkinan variasi dari kedua strategi terdahulu, yaitu problem-focused
coping dan emotion focused coping. Hasil studi tersebut
menunjukkan adanya delapan strategi coping yang muncul, yaitu :
Problem-focused coping :
- Confrontative coping.
- Seeking social support.
- Planful problem solving.
Emotion focused coping :
- Self-control.
- Distancing.
- Positive reappraisal.
- Accepting responsibility.
- Escape/avoidance.
b. Coping
Outcome
Coping outcome adalah kriteria hasil coping
untuk menentukan keberhasilan coping. Coping outcome, yaitu :
1. Ukuran
fungsi fisiologis.
2. Apakah
individu dapat kembali pada keadaan seperti sebelum ia mengalami stress, dan
seberapa cepat ia dapat kembali.
3. Efektivitas
dalam mengurangi psychological distress.
Ada pun 5 strategi coping yang
mengacu pada fungsi tugas coping yang dikenal dengan istilah coping
task, yakni :
1. Mengurangi
kondisi lingkungan yang berbahaya dan meningkatkan prospek untuk memperbaikinya
2. Mentoleransi
atau menyesuaikan diri dengan kenyataan yang negatif.
3. Mempertahankan
gambaran diri yang positif.
4. Mempertahankan
keseimbangan emosional.
5. Melanjutkan
kepuasan terhadap hubungannya dengan orang lain.
Para ahli telah banyak memberikan penjelasan mengenai
harfiah stress. Putra menjelaskan, stress adalah respon terhadap stressor.
Stressor adalah faktor-faktor pendorong terjadinya stres seperti faktor
fisiologis, faktor psikologis, dan faktor sosiologis.
Faktor fisiologis diantaranya peristiwa
Post-Menstruation Syndrome (PMS). Ketika wanita terkena PMS, wanita cenderung
akan mudah terkena stress. Faktor psikologis diantaranya, ketika seseorang yang
menemui kegagalan, sehingga diri individu tersebut akan terbebani dan pada
akhirnya kondisi stres tidak akan terelakan lagi. Sedangkan faktor sosiologis
diantaranya ketika seseorang merasa tidak di terima dalam lingkungan tertentu.
Interaksi antara individu dengan stressor yang akan
tinggi akan berakibat buruk tersebut individu tersebut. Selye menyebutkan,
interaksi yang berlebih tersebut akan mengabitkan timbulnya berbagai penyakit
fisik atau psikologis. Lebih jauh, Selye menjelaskan tentang Sindrom Adaptasi
Umum/General Adaptation Syndrome (GAS) melalui beberapa tahapan, yakni :
1.
Tahapan
Peringatan (Alarm Stage).
2.
Tahapan
Adaptasi atau eustress (Adaptation Stage).
3.
Tahapan
Kelelahan atau Distress (Exhaustion Stage)
No comments:
Post a Comment